Ringkasan Psikologi Kepribadian "EMIL FRANKL"



EMIL FRANKL


A.    Biographi

Viktor Emil Frankl dilahirkan di Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga Yahudi kelas menengah masyarakat Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yudaisme berpengaruh kuat atas diri Frankl. Pengaruh ini ditunjukkan antara lain oleh minat Frankl yang besar pada persoalan spiritual, khususnya persoalan mengenai makna hidup. Di tengah suasana kehidupan keluarga yang memperhatikan hal-hal keagamaan itulah, Frankl menjalani sebagian besar hidup dan pendidikannya, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International University. Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina (setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran logoterapi.
Mulai tahun 1946, setelah pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl mulai muncul dan ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan ilmuwan, budayawan, pendidik, filosof, dan rohaniwan. Lebih-lebih setelah pengalamannya menjadi penghuni kamp konsentrasi ditulis dalam buku from Death Camp to Existensialism, kemudian judulnya diubah menjadi Man’s Search for Meaning, yang menjadi best seller di Amerika Serikat. Buku ini seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di Amerika Serikat dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah satu aliran dalam psikologi atau psikiatri modern.
Buku-buku penting lainnya yang ditulis Frankl diantaranya adalah The Will to Meaning, The Unheard Cry for Meaning, Psychotherapy and Existensialism, The Unconscious God, Synchronization in Buchenwald yang secara keseluruhan menggambarkan orientasi atau pendekatan eksistensialfenomenologis Frankl yang unik dalam menangani berbagai masalah klinis maupun non klinis melalui logoterap. Selain dalam bentuk artikel dan buku, karya-karya Frankl juga dapat dipelajari melalui film, rekaman dan kaset, serta edisi braile untuk kaum tuna netra.
B.  Konsep Dasar Psikologi Frankl
•     Hidup memiliki makna dalam semua keadaan
•     Motivasi utama untuk hidup yang akan kita menemukan makna dalam hidup.
•     Kebebasan untuk menemukan makna.
Landasan teori kepribadian Logoterapi bercorak eksistensial – humanistik. Artinya Logoterapi mengakui manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan berkehendak sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sesuai julukan kehormatan bagi manusia sebagai the self determining being. Selain itu manusia memiliki kualitas – kualitas insani (human qualities), yakni berbagai potensi, kemampuan, bakat, dan sifat yang tidak terdapat pada makhluk – makhluk lain, seperti kesadaran diri, transendensi diri memahami dan mengembangkan diri, kebebasan memilih, kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain, spiritualitas dan religiusitas, humor dan tertawa, etika dan rasa estetika, nilai dan makna dan sebagainya.
Teori kepribadian ini bukan berorientasi masa lalu (past oriented) seperti halnya psikodinamik atau kini dan di sini (here and now), seperti pada pandangan behavioral, melainkan berorientasi pada masa mendatang (future oriented), karena makna hidup harus ditemukan dan hidup bermakna benar – benar sadar dan sengaja dijadikan tujuan, diraih, dan perjuangkan.
Logoterapi menggambarkan manusia sebagai kesatuan yang terdiri dari dimensi-dimensi somatic (ragawi), psikis (kejiwaan), dan spiritual (kerohanian) : unitas bio-psiko-spiritual. Hal penting dan orisisan pada logoterapi adalah secara eksplisit memasukkan spiritualitas sebagai salah satu determinan dalam system dan struktur kepribadian. Namun, di lain pihak Frankl tidak secara eksplisit memasukkan unsure sosial-budaya sebagai determinan kepribadian. Diduga unsure ini dianggap secara implicit terangkum dalam dimensi kejiwaan. Mengingat besarnya pengaruh kondisi lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya pada perkembangan kepribadian manusia.
Struktur teori kepribadian model logoterapi terdiri dari unsur-unsur internal, eksternal dan transcendental yang saling berkaitan dan pengaruh-memperngaruhi. Unsure internal adalah seluruh potensi (antara lain bakat dan kemampuan), sarana (raga, jiwa, rohani), dan daya-daya pribadi (insting, daya piker, emodi), kualitas-kualitas insane (human qualities), dan kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning) serta kemmapuan menentukan apa yang terbaik bagi dirinya (self determining being) yang ada pada diri manusia. Unsure eksternal yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian adalah kondisi lingkungan alam sekitar dan situasi masyarakat serta norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di tempat seseorang menjalani kehidupan sehari-hari. Unsur transcendental adalah kemmapuan manusia untuk mnegtaasi kondisi kehidupan saat ini dan menentukan apa yang diinginkan dengan memanfaatkan daya-daya imajinasi, will power, kemampuan merencanakan, dan menetapkan tujuan, serta mengambil sikap baru atas kondisi (tragis) saat ini.
C.    Konsep Tentang manusia
Frankl menggunakan istilah analisis eksistensial sebagai persamaan kata dari logoterapi. Kata logos dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan.
Filsafat Logoterapi lahir dari kondisi yang suram dan tiada penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Suasana Perang Dunia II benar-benar telah mencampakkan harga diri kemanusiaan sampai ke dasar terendahnya. Manusia tidak lagi dihargai sebagai entitas yang dapat mengambil keputusannnya sendiri. Institusi negara dan ideologi-ideologi totaliter telah merontokkan martabat manusia. Kita bisa melihat karya para filsuf eksistensialis yang sezaman dengan Frankl, seperti Albert Camus dan Jean Paul Sartre yang frustasi akan masa depan umat manusia. Mereka melihat kehidupan ini sebagai sesuatu yang ambigu dan dipenuhi dengan absurditas.
Tetapi Frankl tidak ingin terjebak dalam absurditas dunia. Dia berusaha melampauinya melalui filsafat hidup Logoterapi. Filsafat Logoterapi mensiratkan sebuah harapan besar tentang masa depan kehidupan manusia yang lebih berharga dan bermakna. Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
a. Kebebasan berkeinginan (freedom of will)
Pandangan Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau kekuatan lain dari luar. Ia berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan kebebasan yang berada dalam batas-batas tertentu. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya dan aspek kerohanian. Kebebasan manusia bukan merupkan kebebasan dari(freedom from) bawaan biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung jawab terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Dengan demikian kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah  lari dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
b. Keinginan akan makna (will of meaning)
Manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Frankl tidak sependapat dengan prinsip determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku terdorong mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.
c. Makna Hidup (meaning of life)
 Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagai seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purposein life). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (heppiness). Menurut Frankl makna hidup bersifat personal dan unik . Ini disebabkan karena individu bebas menentukan caranya sendiri dalam menemukan dan menciptakan makna.
Pengertian makna hidup menunjukan bahwa dalam makna hidup terkandung tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Berdasarkan uraian diatas, kebermaknaan hidup adalah kemampuan dan kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar dirinya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan seberapa jauh individu telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya untuk memberi arti terhadap kehidupannya.
1.      Aspek-aspek kebermaknaan hidup.
Menurut James Crumbaugh & Leonard Maholick (dalam Koeswara, 1992), kebermaknaan hidup individu dapat diidentifikasi melalui enam aspek dasar, yaitu :
a.       Arti hidup; makna hidup adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan berharga bagi kehidupan individu, memberi nilai yang spesifik, serta dapat dijadikan sebagai tujuan hidup bagi individu tersebut.
b.      Kepuasan hidup; Kepuasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidup yang dijalaninya, sejauh mana ia mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan segala aktivitas yang telah dilakukannya.
c.      Kebebasan; kebebasan adalah bagaimana individu merasa mampu untuk mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.
d.     Sikap terhadap kematian; sikap terhadap kematian adalah persepsi tentang kesiapan individu terhadap kematian yang pasti akan dihadapi oleh setiap manusia.
e.       Pikiran tentang bunuh diri; pikiran tentang bunuh diri adalah persepsi tentang jalan keluar dalam menghadapi masalah hidup bahwa bunuh diri bukan merupakan solusi.
f.       Kepantasan untuk hidup; kepantasan untuk hidup adalah evaluasi individu terhadap hidupnya sendiri, sejauh mana ia merasa bahwa apa yang telah ia lalui dalam hidupnya merupakan sesuatu yang wajar, sekaligus menjadi tolok ukur baginya tentang mengapa hidup itu layak untuk diperjuangkan.
2        Faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup
Frankl berpendapat bahwa secara hakiki manusia mampu menemukan kebermaknaan hidup melalui trandensi diri. Salah satunya dengan mengambil ajaran-ajaran agama yang diterapkan pada sebuah kehidupan. Namun Di Muzio berpendapat untuk menemukan makna hidup tidak selalu berkaitan dengan personalan agama, melainkan bisa dan seringkali merupakan filsafat hidup yang sifatnya sekuler, bahkan manusia dapat menemukan makna tanpa kehadiran tuhan.
Manusia dapat menemukan makna melalui realisasi nilai-nilai manusiawi yang meliputi
a. Nilai-nilai kreatif
Menurut Frankl nilai-nilai kreatif adalah apa yang diberikan individu pada kehidupan. Nilai-nilai ini diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif, biasanya berkenaan dengan suatu pekerjaan. Namun nilai-nilai ini dapat diungkap dalam semua bidang kehidupan. Makna diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan, atau dengan melayani orang lain .
b. Nilai-nilai pengalaman
Nilai-nilai pengalaman menurut Frankl adalah apa yang diterima oleh individu dari kehidupan. Misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta. Nilai-nilai pengalaman dapat memberikan makna sebanyak nilai-nilai daya cipta. Ada kemugnkinan individu untuk memenuhi arti kehidupan dengan mengalami berbagai segi kehidupan secara intensif meskipun individu tersebut tidak melakukan tindakan-tindakan yang produktif .
c. Nilai-nilai sikap
Nilai-nilai sikap adalah sikap yang diberikan individu terhadap kodrat-kodrat yang tidak dapat diubah, seperti penyakit, penderitaan atau kamatian. Situasi-situasi buruk yang dapat memberikan keputusasaan dan tanpa harapan dapat memberikan kesempatan yang sangat besar bagi individu untuk menemukan makna hidupnya. Nilai-nilai sikap ini menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dihilangkan seperti kematian, bencana, sakit yang tidak dapat disembuhkan dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal.
Selain tiga hal di atas, ada pula sumber- sumber hidup bermakna lain, yaitu :
•      Self Preoccupation (sibuk dengan diri sendiri), makna hidup dapat diperoleh dengan jaminan keuangan sehingga kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi.
•      Individualism, makna hidup diperoleh melalui prestasi, aktivitas, dan waktu luang.
•      Collectivism, makna hidup dapat diperoleh melalui tradisi kebudayaan dan norma-norma sosial.
•      Self Transcendence, makna hidup dapat diperoleh dengan menghayati nilai-nilai ide-ide, aktivitas keagamaan, dan menolong sesama.

D.    Struktur dan Dinamika Kepribadian
Pandangan Frankl akan kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Terangkum dalam sistem logoterapi. Logoterapi berasal dari kata yunani logos berarti arti. Logotherapy berbicara tentang arti eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan arti, dan juga teknik-teknik terapeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan. Logoterapi merupakan therapi psikologis bagi orang –orang yang kehilangan arti kehidupannya.
Teori tentang kodrat manusia yang berasal dari logoterapi dibangun atas tiga tiang, yaitu kebebasan, kemauan akan arti, dan arti kehidupan. Frankl sangat menolak pendirian dalam psikologi dan psikiatri yang memberikan ciri pada kondisi manusia sebagai yang ditentukan oleh insting biologis dan konflik masa kecil . manusia mempunyai kebebasan spiritual untuk menentukan sikap terhadap keadaan dan nasib.
Kemauan dan arti akan kehidupan adalah kebutuhan kita yang terus menerus mencari bukan diri kita melainkan suatu arti untuk memberi suatu maksud bagi eksistensi kita. Semakin kita mampu mengatasi diri kita- memberi diri kita pada satu tujanatau kepada orang lain, maka kita semakin menjadi manusia sebenarnya.
Hidup Tanpa Makna
Didalam ketidakberhasilan seseorang menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis. Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat, sedangkan apatis merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa.
Penghayatan – penghayatan seperti digambarkan diatas mungkin saja tidak terungkap secara nyata, tetapi menjelma dalam berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk : berkuasa (the will to power),bersenang – bersenang mencari kenikmatan (the will to pleasure), termasuk kenikmatan seksual (the will to sex), bekerja (the will to work), dan mengumpulkan uang (the will to money).
Walaupun penghayatan hidup tanpa makna ini bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi dalam keadaan intensif dan berlarut – larut tak diatasi dapat menjelma menjadi Neurosis Noogenik, Karakter Totaliter, dan Karakter Konformis.
-   Neurosis Noogenik merupakan suatu gangguan perasaan yang cukup menghambat prestasi dan penyesuaian diri seorang. Gangguan ini biasanya tampil dalam keluhan – keluhan serba bosan, hampa dan penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif, serta merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya sama sekali.
-   Karakter Totaliter adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan untuk memaksakan tujuan, kepentingan dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia menerima masukan dari orang lain.
-   Karakter Konformis adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan kuat untuk selalu berusaha mengikut dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan sekitarnya serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginan dan kepentingan dirinya sendiri. Karakter Konformis ini berawal dari kekecewaan dan kehampaan hidup sebagai akibat tidak berhasilnya memenuhi motivasi utama, yaitu hasrat untuk hidup bermakna.
Nemurosis ini diakibatkan oleh 2 hal :
1.        manusia kehilangan dorongan /instink alamiah dari alam. Karena itu kita harus secara aktif memilih apa yang harus kita lakukan.
2.        mulai hilangnya nilai-nilai agama dan adat yang kemudian menuntut kita untuk dapat bersandar pada diri sendiri. Kita dihadapkan pada membuat keputusan kta sendiri dan bertanggung jawab.
Logoterapi memberikan 3 cara bagaimana kita dapat memberi arti pada kehidupan
1.        dengan menciptakan sesuatu
2.        dengan sesuatu yang kita ambil dari dunia dalam pengalaman
3.        dengan sikap yang kita ambil dalam penderitaan
Didalam teori kepribadian membahas pula determinasi kepribadian, yaitu bawaan ( genetik ), kondisi psikis, dan situasi sosial – budaya yang selalu saling berkaitan dan pengaruh – mempengaruhi.
Dengan demikian, teori kepribadian ini bukan berorientasi masa lalu (past oriented) seperti halnya psikodinamik atau kini – dan- di- sini ( here and now ), seperti pada pandangan behavioral, melainkan berorientasi pada masa mendatang ( future oriented ), karena makna hidup harus ditemukan dan hidup bermakna benar – benar sadar dan sengaja dijadikan tujuan, diraih, dan perjuangkan.
Neurosis noogenik berkaitan dengan inti spiritual kepribadian dan bukan menurut peran serta agama, melainkan suatu dimensi eksistensi manusia, khususnya menunjuk pada konflik-konflik moral . Neurosis noogenik dapat termanifestasikan dalam tampilan simptomatik yang serupa dalam gambaran simptomatik neurosis psikogenik, seperti depresi, hiperseksualitas, alkoholisme, obsesionalisme, dan tindakan kejahatan.
·         Pribadi yang mengatasi diri
Dalam pergulatan mencari jawaban atas eksistensinya, manusia dihadapkan pada paradoks-paradoks, yang mencakup beberapa aspek: fisik vs nonfisik; kesadaran vs ketidaksadaran; orientasi diri vs sesama manusia.
Ø      Fisik vs Spiritual
Ø      Kesadaran vs Ketidaksadaran
Ø      Orientasi Diri vs Sesama
E.     Kodrat Eksistensi Manusia yang Sehat
Hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor, yaitu : spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab.
1)      Spiritualitas
2)      Kebebasan
3)      Tanggung jawab
Ada tujuh sifat yang bisa ditampakkan oleh orang berkepribadian sehat, yaitu :
1)      Mereka bebas memilih langkah tindakan mereka sendiri.
2)      Mereka secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup mereka dan sikap yang mereka anut terhadap nasibnya.
3)      Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya.
4)      Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka.
5)      Mereka secara sadar mengontrol kehidupan mereka.
6)      Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman, atau nilai-nilai sikap.
7)      Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri.

Logoterapi sebagai Salah Satu Metode Konseling
Dalam logoterapi pasien dibantu untuk menemukan nilai-nilai baru dan mengembangkan filosofi konstruktif dalam kehidupannya. Oleh karena itu, seorang logoterapis tidaklah mengobati gejala-gejala yang tampak pada pasien atau klien secara langsung, akan tetapi mengadakan perubahan sikap neurotik pasien terlebih dahulu. Pasien bertanggungjawab pada dirinya sendiri dan logoterapis memberikan dorongan untuk memilih, mencari dan menemukan sendiri makna konkrit dari eksistensi pribadinya. Seorang logoterapis membantu klien untuk menyusun 3 macam nilai yang akan memberi arti pada eksistensi, yaitu : creative values, experiental values, dan attitudinal values.
Dalam proses terapi, klien diperlihatkan bagaimana membuat hidup menjadi penuh arti dengan ‘the experience of love’. Pengalaman ini akan membuatnya mampu menikmati ketulusan, keindahan dan kebaikan dan mampu mengerti akan manusia dengan keunikan-keunikan pribadinya. Dengan demikian, diharapkan klien dapat melihat bahwa penderitaan mungkin sangat berguna untuk membantunya dalam mengubah sikap hidup. Tujuan dari logoterapi adalah membangkitkan “kemauan untuk bermakna” dalam individu tersebut, yang bersifat khusus dan pribadi bagi masing-masing orang.
Logoterapi merupakan suatu pendekatan eksistensial khsusus yang meliputi 2 prosedur re-edukatif yang berbeda, yaitu :
·         Paradoxical Intention
Memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional).
·         De-reflection.
Memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat.
Logoterapi sebagai salah satu aliran psikologi yang mempunyai teori yang khas tentang manusia yang dapat diaplikasikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dalam rangka pengembangan diri.


Daftar Pustaka
Jamest, Coleman, C. Abnormal Psychology and Moder Life Serent Edition Scott, (Foresman and Comani, London-England, 1985). Hawari, Dadang, Al-Qur,an; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997). Khan, Hazrat, Inayah, The Hearth of Sufisme, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002). Raleigh, Drake, Abnormal Psychology, (Utt Lefield dan Co. Patterson, New Jersey, 1962).
Baihaqi, MIF. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Bastaman, Hanna Djumhana. 2007. Logoterapi: Psikologi Untuk Menemukan           Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Boeree, C. George. 2009. Personality Theories.  Yogyakarta : Primasophie
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Suryabrata, S (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafmada Persada.

Komentar