Makalah Psikologi ANALITIK JUNG




Psikologi Analitik Jung
Disusun untuk memnuhi tugas kelompok mata kuliah Teori Kepribadian

PSIKOLOGI A
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA


TEORI ANALITIK JUNG
Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, Swiss. Kakeknya seorang Fisikawan dan seorang yang dikenal baik. Ayah dan ibu Jung adalah anak terakhir dari 13 bersaudara. Ayah Jung, Johann Paul Jung, seorang pejabat dalam Swiss Reformed Church, dan ibunya Emilie Preiswerk Jung adalah seorang anak dari ahli teologi. Orang tua Jung memiliki tiga orang anak. Seorang putra lahir sebelum Carl, hanya bertahan hidup selama tiga hari dan seorang putri yang usianya lebih muda Sembilan tahun dari Jung.
Jung (1961) menggambarkan ayahnya sebagai seorang yang idealis sentimental dengan keragu-raguan mereka mengenai keyakinan agamanya. Terhadap ibunya, Jung melihatnya sebagai orang yang realistis, praktis, berhati hangat, namun ia juga tidak stabil, percaya pada hal-hal mistis, spiritual, kuno, dan keji. Selama bersekolah, Jung secara bertahap mulai menyadari adanya dua aspek yang berpisah dari dirinya. Yang pertama sebagai bagian dari dunia pribadinya. Yang kedua, refleksi dari sesuatu yang lain selain dirinya. 
Ketika Jung berusia 16-19 tahun, teori kepribadian yang dikemukakannya mengenai kepribadiannya yang pertama ia mampu berkonsentrasi pada sekolah dan kariernya. Menurut teori Jung, sikap yang pertama adalah orang dengan kepribadian ekstrovert dan bisa menerima dunianya secara objektif. Sedang yang kedua adalah orang yang introver dan melihat dunianya secara subjektif.
Profesi pertama yang dipilih oleh Jung adalah arkeologi namun ia tertarik juga dengan dunia filologi, sejarah, filsafat, dan ilmu alam. Pada tahun pertama Jung sekolah di kedokteran, ayahnya meninggal dunia, meninggalkan Jung dalam asuhan ibu dan saudara perempuannya.
Setelah memperoleh gelar kedokteran pada tahun 1900. Jung menjadi asisten psikiater bagi Eugene Bleuler. Pada 1902-1903, Jung belajar selama 6 bulan di Paris. Ketika kembali ke Swiss Jung menikah dengan Emma Rauschenbach. 2 tahun kemudian, Jung mulai mengajar di Universitas.
Jung membaca buku Freud yang berjudul intervetation of dreams (Freud, 1900/1953) namun ia tidak terlalu tekesan. Jung membaca ulang buku itu beberapa tahun kemudian, ia memiliki pemahaman lebih baik mengenai gagasan Freud mulai berkorespondensi. Tahun berikutnya Freud mengundang Carl dan Emma ke Wina.
Freud meyakini bahwa Jung adalah orang yang ideal untuk menjadi penggantinya. Selain itu Freud merasa nyaman dengan Jung dan menghormatinya karena ia sangat terpelajar.Dalam buku Memories, Dreams, Reflection, Jung (1961) menyatakan bahwa Freud tidak berkeinginan untuk membuka kehidupan pribadinya secara detail dibutuhkan Jung untuk mengartikan salah satu mimpi Freud. Setelah Jung menggambarkan mimpinya, Freud menjadi tertarik pada bagian dua tengkorak, tetai bukan sebagai materi ketidaksadaran kolektif. Namun sebagai suatu keinginan. Jung membutuhkan lebih dari satu wanita untuk dapat memenuhi aspek kepribadiannya.
Tahun berikutnya, Jung mengundurkan diri dari ketua internasional Psychoanalytic Association, dan tidak lama kemudian, menarik semua pengikutnya dari keanggotaan asosiasi tersebut. Perpecahan Jung dan Freud kemungkinan berhubungan dengan suatu kejadian yang tidak dibahas dalam Memories, Dreams, reflection (Jung, 1961). Tahun-tahun setelah perpecahan dengan Freud, Jung dipenuhi dengan rasa kesepian dan analisis pribadi. Pada desember 1913 sampai 1917, ia merasakan pengalaman yang paling kuat dan berbahaya, yaitu perjalanan menuju psike ketidakdasarannya sendiri.
Meskipun perjalanan Jung menuju ketidaksadaran merupakan pangalaman yang berabahaya dan menyakitkan, tetapi hal itu merupakan pengalaman penting dan menghasilkan. Akhirnya Jung dapat menciptakan teori kepribadian yang unik dengan memaksa dirinya melalui perjalanan kebawah sadarnya dan melakukan interpretasi seta imajinasi aktif. Jung melanjutkan metodenya dan turun lebih dalam lagi menuju ketidaksadarannya, ketika ia berhasil mencapai inti ketidaksadaran kolektif- yang arketipe. Ia mendengar anima-nya berbicara kepadanya dengan suara feminin yang terdengar jelas; ia menemukan bayangannya, sisi buruk dari kepribadiannya; ia berbicara dengan arkhetipe orang tua bijak dan ibu agung dan terakhir dipenghujung perjanannya, ia juga berhasil mencapai kelahiran kembali psikologisnya yang disebut sebagai individuasi. (Jung, 1961). 
STRUKTUR KEPRIBADIAN

Ego 
Jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, dan perasaan-perasaan sadar. Ego melairkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang, dan dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada kesadaran.

Ketidaksadaran Personal
Ketidaksadaran meliputi ingatan dan impuls masa silam, kejadian yang terlupakan, serta berbagai pengalaman yang disimpan dalam ingatan alam bawah sadar. Ketidaksadaran tersebut dibentuk oleh pengalaman individu. Materi ketidaksadaran ini disebut materi kompleks. Kompleks merupakan gagasan yang diwarnai dengan perasaan. Secara umum, konteks dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang personal, namun kompleks dapat pula diartikan dari pengalaman kolektif kemanusiaan seseorang. (Jung, 1928/1960)
Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif merupakan kebalikan dari ketidaksadaran personal. Konten fisik yang menyertai ketidaksadaran kolektif diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial. Oleh karena itu, kesadaran kolektif seluruh budaya di dunia ini kurang lebih sama. (Jung, 1934/1959).
Konten dari ketidaksadaran kolektif ini aktif dan memenuhi pikiran, emosi, dan tindakan seseorang. Merujuk pada kecenderungan kuat menusia untuk bereaksi dengan cara tertentu pada saat pengalaman mereka mestimulasi kecenderungan turunan secara biologis. Manusia memiliki kecenderungan yang diturunkan dan jumlahnya sama dengan situasi tipikal dalam kehidupan manusia.
Arketipe
Arketipe merupakan bayangan-bayangan leluhur atau arkaik yang dating dari ketidaksadaran kolektif. Arketipe sama dengan kompleks karena merupakan kumpulan bayangan yang diasosiasikan dan diwarnai dengan sangat kuat oleh perasaan. Perbedaanya yaitu komponen ketidaksadaran personal yang diindividuasi, sedangkan arketipe merupakan konsep yang umum yang muncul dari ketidaksadaran kolektif. Jung memberi pengertian insting sebagai kesadaran impuls fisik pada tindakan, sedangka arketipe adalah pasangan spikis dari sebuah insting.
Arketipe muncul dalam beberapa bentuk yaitu mempi, fantasi dan delusi. Sumber utama materi arketipe. Karena menghasilkan dorongan yang tidak dikenal dari pengalaman pribadi oleh orang yang memimpikannya. Terdapat kepribadian yang utama dantara keduanya yaitu Jung membedakan keidaksadaran kolektif menjadi dorongan otonomi yang disebut arketipe.
Tipe Paikologis: 
Sikap
Jung memberi pengertian tentang sikap, bahwa sikap adalah suatu kecenderungan untuk berinteraksi atau bereaksi dalam sebuah arah karakter. Tidak memandang ekstrovert dan introver.

Introversi 
Introversi adalah aliran energy psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi subkjektif. Introver mempunyai pengalaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka. 
Adanya dua tahapan yang terjadi saat introversi menjadi sikap yang dominan. Tahap pertama terjadi pada saat remaja, karena pada saat itu ia baru memahami kebahagiaanya. Tahapan kedua terjadi saat Jung berhadapan dengan krisis paruh baya dengan ketidaksadarannya sendiri, yaitu ketika ia mengalami percakapan dengan anima, mengalami mimpi-mimpi yang aneh kemudian mendapatkan penglihatan tentang psikosis yang tidak dapat dia jelaskan (Jung, 1961, hal 188).

Ekstraversi
Yaitu kebalikan dari introversi. Adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis kearah luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif. Mereka akan lebih dapat dipengaruhi oleh sekelilingnya dibandingkan oleh kondisi dirinya sendiri
Jadi, manusia tidak seluruhnya introver atau ekstrover. Orang introver dapat lebih dominan tidak seimbang di satu sisi. Orang ekstrover mengalami ketidakseimbangna disisi lain.

Fungsi
Thinking
Thinking adalah aktivitas intelektual logika yang dapat memproduksi serangkaian ide. Terdapat dua tipe yaitu karakteristik extraverted thinking  dan introverted thingking. Orang yang mempunyai karakteristik extraverted thinking sangat bergantung pada pemikiran yang nyata. Tanpa interpretasi dari beberapa individu, ide dapat dikatakan fakta tanpa keaslian atau kreativitas (Jung, 1921/1971).
Orang yang mempunyai karakteristik introverted thinking terlalu bereaksi terhadap rangsangan eksternal, namun interpretasi mereka terhadap suatu kejadian lebih diwarnai oleh pemaknaan internal yang mereka bawa dalam dirinya sendiri dibandingkan dengan fakta objektif yang ada. (Jung, 1921/1971)

Feeling
Jung mendeskripsikan perasaan sebagai proses evaluasi ide atau kejadian. Perasaan adalah penilaian dari aktivitas sadar yang dilakukan, bahkan aktivitas sadar tersebut dapat dinilai secara berbeda.
Orang yang memiliki karakteristik extraverted feeling menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi. Mereka biasanya disukai karena kemampuan sosialnya, namun mungkin saja mereka tampak berpura-pura, dangkal, dan tidak dapat dipercaya.
Orang yang memiliki karakteristik introverted feeling memandang penilaian mereka sebagaian besar pada persepsi subjektif dibandingkan fakta objektif. Mengabaikan opini konvensional serta kepercayaan, menyebabkan orang sekitar merasa tidak nyaman dan bereaksi dingin terhadap mereka (Jung, 1921/1971)

Sensing
Sensasi adalah aktivitas yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik dan mengubahnya kedalam bentuk kesadaran persepsi. Rangsangan tidak dapat disamakan dengan sensing. Orang yang memiliki karakteristik extraverted sensing menerima rangsangan eksternal secara objektif seperti rangsangan yang ada dalam kenyataan. 
Orang yang memiliki karaktersitik introverted sensing dipengaruhi oleh sensasi subjektif akan penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan.

Intuiting
Intuisi meliputi persepsi yang berada jauh diluar system kesadaran. Berdasarkan fakta mutlak yang mendasar. Intuisi berbeda dengan sensing karena intuisi lebih kreatif. Orang yang memiliki karakteristik ektraverted intuitive selalu berorientasi pada fakta dalam dunia eksternal. Dibandingkan melakukan sensing secara keseluruhan mereka lebih suka mengidentifikasi fakta secara subliminal.
Orang yang memiliki karakteristik introverted intuitive terhadap fakta yang umumnya subjektif dan memiliki sedikit atau bahkan tidak ada kesamaan dengan kenyataan eksternal.



Contoh delapan jenis Jungian:

Fungsi
Sikap



Introversi
Ekstroversi

Thinking
Filsuf, ilmuan teoritis, beberapa penemu
Ilmuan penelitian, akuntan, matematikawan

Feeling
Kritikus film yang subjektif, pemerhati seni
Pengamat real estat. Kritikus film yang objektif

Sensasion
Seniman, musisi klasik

Pencicip anggur (wine), pemeriksa aksara, musisi terkenal, pengecat rumah

Intuition
Nabi, penganut ilmu kebatinan, fanatic yang religius
Beberapa penemu, reformis yang religius.


Realisasi Diri
Realisasi diri atau individuasi adalah proses untuk menjadi seseorang atau seseorang secara utuh (Jung, 1939/1953). Realisasi diri adalah suatu hal yang amat langka dan bisa dicapai oleh mereka yang telah dengan baik meleburkan kesadaran mereka dengan keseluruhan kepribadian mereka. Orang yang mencapai realisasi diri mampu menempatkan dirinya di dunia eksternal dan internalnya. (Jung, 1939/1959, 1945/1953).
Anima Animus
Pada tingkat psikologis, sifat-sifat maskulin dan feminine terdapat pada kedua jenis. Jung mengaitkan sisi feminine kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe. Arkhetipe feminine pada laki-laki disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus (Jung, 1945/1954b).
Arketipe berperan sebagai gambaran-gambaran kolektif yang memotifasikan masing-masing jenis untuk tertarik kepada dan memahami anggota lawan jenisnya. Tetapi anima animus juga bisa menimbulkan kesalahpahaman dan pertentangan apabila gambaran arkethipe nya dari sang partner.
Bayang-bayang
Arkhetipe baying-bayang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah (Jung, 1948a). Bayang-bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Jung berpandangan bahwa kepribadian atau psikhe sebagai suatu sistem energy yang setengah tertutup. Disebut demikian karena kepribadian tetap harus ditambahi dengan sumber-sumber dari luar, seperti misalnya makan, minum, melaukan pekerjaan yang menggunakan otot, serta lingkungan. Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia luar juga bisa mengubah arah perhatian serta persepsi kita. Menurut Jung, kepribadian hanya mampu menjadi stabil secara relative, tidak sepenuhnya stabil.
Energi Psikis
Energi psikis adalah manifestasi energy kehidupan, yaitu energy organisme sebagai energy biologis. Energy psikis merupakan suatu energy yang menjalankan fungsi kepribadian. (Jung, 1948b). energy psikis lahir dari proses metabolic tubuh. Jung memberi istilah untuk energy kehidupan, yaitu libido, akan tetapi libido ia gunakan secara bergantian dengan ebergi psikis. Jung meyakini bahwa adanya suatu hubungan timbal-balik antara energy psikis dengan energy fisik. 

Nilai-nilai psikis adalah jumlah energy yang tertanam dalam salah satu unsur kepribadian. Suatu ide atau perasaan akan berperan penting dalam mencetuskan atau mengarahkan tingkah laku seseorang. Orang yang menaruh penilaian tinggi terhadap kebenaran akan melakukan segala upaya untuk mendapatkannya. Orang yang menaruh nilai lebih tinggi terhadap kekuasaan akan bermotivasi untuk memperoleh kekuasaan. Begitu juga sebaliknya, jika sesuatu tidak terlalu tinggi nilainya, maka energy yang digunakan untuk mencapainya juga akan sedikit. 

Daya konstelasi suatu kompleks. Daya konstelasi suatu kompleks terdiri dari jumlah kelompok-kelompok item yang dihubungkan oleh unsur inti kompleks. Jadi, misalnya, jika seseorang memiliki suatu kompleks patriotic yang kuat, itu artinya cintanya pada tanah air akan menghasilkan konstelesi-konstelesi pengalaman di sekitarnya. Orang yang patriotic cenderung mencocokkan setiap pengalaman baru dengan salah satu di antara konstelesi-konstelesi yang ada kaitannya dengan patriotisme.

Prinsip ekuivalensi
Menyatakan bahwa jika energy dikeluarkan untuk menghasilkan suatu kondisi tertentu, maka jumlah yang dikeluarkan tersebut akan muncul pada salah satu tempat lain dalam sistem.prinsip ini menyatakan bahwa jika suatu itu melemah atau bahkan menghilang, maka jumlah energy yang diwakili nilai tersebut, tidak akan hilang dari psikhe tetapi akan muncul kembali dalam suatu nilai baru. Jika suatu nilai surut, maka akan muncul nilai baru lainnya. Seperti misalnya, ketika ada seorang yang penilaian terhadap keluarganya menurun, maka perhatiannya terhadap orang-orang dan barang-barang lain meningkat. Orang yang kehilangan hobi, akan menemukan minat pada hobi yang lain juga.

Prinsip entropi
Menyatakan bahwa jika dua benda yang berbeda suhunya bersentuhan maka panas akan mengalir dari benda yang suhunya lebih panas ke benda yang suhunya lebih dingin. Seperti misalnya, air akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Aliran energy yang diarahkan dari pusat yang berpotensi tinggi ke pusat yang potensinya rendah adalah prinsip fundamental yang mengatur distribusi energy di antara sistem-sistem kepribadian. Apabila ego sadar, misalnya jika terlalu dihargai dibandingkan ketidaksadaran, maka akan banyak tegangan akan terjadi dalam kepribadian karena energy akan berusaha bergerak dari sistem sadar ke dalam ketidaksadaran. Sama juga dengan energy dari sikap superior, apakah itu ekstraversi atau introversi, cenderung akan bergerak kea rah sikap yang inferior.

Penggunaan energy
Energy psikis yang ada untuk kepribadian seluruhnya digunakan untuk dua tujuan umum. Setengah di antaranya digunakan untuk melakukan pekerjaan yang perlu untuk menjaga kehidupan dan untuk pembiakan spesies, seperti lapar dan seks, yang merupakan fungsi instigitif yang dubawa sejak lahir. Setiap kelebihan energy psikis dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan kultural dan spiritual. Berbagai kegiatan ini akan membentuk tujuan hidup yang lebih tinggi.

Perkembangan kepribadian
Jung meyakini bahwa manusia tetap akan berkembang atau berusaha berkembang dari tahap perkembangan yang kurang sempurna menuju ke tahap yang lebih sempurna serta semakin berdiferensiasi. Menurut Jung, tujuan terakhir setiap manusia adalah Realisasi-diri. Istilah ini berarti diferensiasi yang sangat penuh, sangat sempurna serta perpaduan yang sangat harmonis dari semua aspek kepribadian manusia. Itu artinya, psikhe telah mengembangkan pusat baru, yakni diri, menggantikan pusatnya yang lama, yaitu ego.

Kausalitas versus teleology
Segi pandang teleologis menerangkan masa sekarang dari sudut pandang masa depan. Menurut pandangan ini, kepribadian manusia dipahami menurut ke mana ia pergi, bukan di mana ia telah berada. Sebaliknya, masa sekarang bisa dijelaskan oleh masa lampau. Hal inilah yang merupakan pandangan kausalitas karena menyatakan peristiwa-peristiwa sekarang adalah akibat atau hasil pengaruh dari keadaan-keadaan maupun sebab-sebab yang telah terjadi sebelumnya. Jung juga menyatakan bahwa masa sekarang tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas), tetapi juga ditentukan oleh masa depan (teleology).

Sinkronitas
Jung mengemukakan bahwa ada juga sebuah prinsip yang bernama psinsip sinkronisitas. Prinsip ini diterapkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat yang sama, tetapi peristiwa yang satu tidak disebabkan oleh yang lain, seperti misalnya, apabila pikiran ada hubungannya dengan suatu hubungannya dengan suatu peristiwa objektif. Jung merujuk bahwa ada banyak literature tentang telepati jiwa, lewaskitaan, dan tipe-tipe lainnya dari gejala-gejala paranormal sebagai bukti prinsip sinkronitas. 

Hereditas
Pada awalnya, hereditas berkaitan dengan insting-insting biologis yang menjalankan fungsi pemeliharaan diri dan reproduksi. Insting-insting ini adalah sisi binatang pada kodrat manusia karena mata rantai dengan masa lampau binatang. Insting sendiri merupakan dorongan batiniah untk bertindak dengan cara tertentu, bila muncul suatu keadaan jaringan tertentu. Jung menyatakan bahwa di samping warisan insting-insting biologis terdapat juga pengalaman-pengalaman para leluhur. Dengan menerima gagasan tentang warisan kultural, jung menyatukan diri dengan ajaran tentang karakter-karakter yang diperoleh. 

Tahap-tahap perkembangan
Dalam tahun-tahun awal, libido disalurkan dalam berbagai kegiatan yang diperlukanagar tetap hidup. Sebelum usia lima tahun, nilai-nilai seksual mulai muncul dan mencapai puncaknya selama masa adolesen. Dalam masa muda dan awal tahun-tahun dewasa, insting-insting kehidupan dasar serta proses-proses vital meningkat. Ketika mencapai usia akhir 30-an atau awal 40-an, terjadi perubahan nilai radikal. Minat-minat yang ada pun berubah menjadi minat-minat yang lebih berbudaya dan kurang biologis. Peralihan ini merupakan peristiwa yang sangat menentukan dalam kehidupan seseorang.

Progresi dan regresi
Progresi dalam pandangan Jung, adalah bahwa ego sadar menyesuaikan diri secara memuaskan baik terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan luar maupun kebutuhan-kebutuhan ketidaksadaran. Jika progresi terganggu oleh situasi yang menghambat, maka libido tidak dapat disalurkan dalam nilai-nilai yang berorientasi ekstravert atau yang berorientasi pada lingkungan. Akibatnya, libido ber-regresi ke dalam ketidaksadaran dan menyalurkan dirinya dalam nilai-nilai introvert.  

Proses individuasi
Jung berpendapat bahwa kepribadian memiliki tendensi untuk berkembang ke arah kesatuan yang stabil. Perkembangan itu sendiri adalah mekarnya kebulatan asli yang tidak berdiferensiasi yang dimiliki manusia pada saat dilahirkan. Tujuan terakhirnya yaitu realisasi diri. Untuk memiliki kepribadian yang sehat serta terintegrasi, setiap sistem harus dibiarkan mencapai tingkat diferensiasi, perkembangan, dan pengungkapan paling penuh. Proses untuk mencapai hal inilah yang disebut dengan proses individuasi. (Jung, 1939, 1950).

Fungsi transenden
Jika keanekaragaman telah tercapai melalui proses individuasi, maka sistem-sistem yang berdiferensiasi kemudian diintegrasikan oleh fungsi transenden (Jung, 1916b). Fungsi ini berkapasitas untuk mempersatukan semua kecenderungan yang saling berlawanan dalam beberapa sistem serta bekerja menuju tujuan ideal yaitu kebulatan sempurna (diri). Tujuan fungsi ini yaitu pengungkapan pribadi yang esensial dan realisasi kepribadian pada semua aspek yang mula-mula tersembunyi dalam cairan sel telur, produksi dan penyingkapan kebulatan original dan potensial. (Jung, 1943, hlm. 108).

Sublimasi dan represi 
Sublimasi adalah pemindahan energy dari proses-proses yang lebih primitive, instingitif, dan kurang berdiferensiasi ke proses-proses kultural dan spiritual yang lebih tinggi dan lebih berdiferensiasi. Sedangkan apabila energy terhambat, entah melalui saluran-saluran instingitif atau saluran-saluran yang telah disublimasikan, maka dapat dikatakan bahwa energy itu direpresikan. Sublimasi bersifat progresif, represi bersifat regresif.

Perlambangan
Menurut Jung, lambang mempunyai dua fungsi utama. Di satu aspek, lambang merupakan usaha untuk memuaskan impuls instingitif yang terhambat, di lain aspek, lambang merupakan perwujudan bahan arkhetipe. Lambang juga memainkan peranan resistensi terhadap impuls. Selama energy diserap habis oleh lambang, ia tidak bisa digunakan untuk menyalurkan impuls. Lambang-lambang adalah suatu bentuk representasi psikhe. Lambang-lambang tidak hanya mengungkapkan khazanah kebijaksanaan umat manusia yang diperoleh secara rasial dan individual, akan tetapi lambang-lambang tersebut juga menggambarkan tingkat-tingkat perkembangan yang jauh mendahului perkembangan manusia sekarang ini. Ada daya yang mendorong dan daya yang menarik dari lambang yang diciptakan. Dorongannya berasal dari instingitif, sedangkan tarikannya berupa tujuan transcendental. Intensitas psikis dari lambang itu sendiri merupakan produk gabungan dari faktor penentu kausal dan faktor penentu finalistis, oleh karena itu lebih besar daripada faktor kausal semata.

PENELITIAN KHAS DAN METODE PENELITIAN
Dalam berbagai artikiel dan bukunya, Jung mengungkapkan data empiris yang menjadi dasar teorinya. Ia lebih tertarik pada penemuan fakta daripada perumusan teori-teori.
Penelitian-penelitian eksperimental tentang kompleks
Penelitian-penelitian pertama dari Jung yang menarik yaiu dengan menggunakan gabungan antara word association test, yang merupakan suatu daftar baku kata-kata dibacakan kepada subjek satu-persatu dan subjeknya diharuskan menjawab dengan kata apa saja yang muncul pertama kali dalam pikirannya secara cepat. Kemudian diukur dengan pneumograph. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pernafasan dan resistensi kulit dipengaruhi oleh emosi. 
Penelitian kasus
Penelitian-penelitian kasus yang dilakukan oleh Jung tidak bisa jika disandingkan dengan penelitian kasus yang dilakukan Freud. Berbeda dengan freud, Jung lebih menggunakan metode perbandingan dengan memakai sejarah, mitos, agama, dan etimologi untuk membuktikan dasar arkhetipe dari mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi. beberapa penelitian kasus yang dilakukan Jung seperti : menganalisis fantasi-fantasi seorang wanita muda asal Amerika yang dikenalnya hanya lewat suatu artikel dari psikolog Swiss, Theodore Flournoy, penelitian tentang serangkaian mimpi panjang, analisisnya tentang serangkaian lukisan yang dikerjakan oleh seorang pasien. 
Studi-studi perbandingan tentang masalah mitologi, agama, dan ilmu-ilmu ghaib
Jung menaruh banyak perhatian kepada mitologi, agama, alkemi, dan astrologi. Melalui usahanya, ia mendapat banyak pengetahuan, seperti agama Hindu, Taoisme, Yoga, Confucianisme, agama Kristen, astrologi, peneliatian psikis, mentalitas primitive, dan alkemi. Dalam bukunya “Psychology and Alchemy”, Jung meyakini bahwa simbolisme alkemi yang kaya mengungkapkan banyak, kalau idak semua, arkhetipe bukan manusia. Dalam buku ini juga, Jung meneliti suatu rangkaian luas mimpi yang dikumpulkan dari seorang pasien berdasarkan jalinan rumit simbolisme alkemi. Ia menyimpulkan bahwa ciri-ciri dasar yang erlihat pada keduanya adalah karya seni simbolis. 
Dari semua hasil penelitian Jung, ia menyimpulkan bahwa ada parallel yang kuat sekali antara lambing yang digunakan dalam bermimpi untuk mengungkapkan masalah-masalah dan tujuan-tujuannya dengan lambing-lambang yang digunakan ahli alkemi di abad pertengahan. Ia berkata bahwa bentuk-bentuk yang dialami dalam masing-masing individu mungkin varias-variasinya tak terhingga. Tetapi dalam lambing-lambang alkemis, semua bentuk itu merupakan variasi dari tipe-tipe pokok tertentu, dan ini terjadi di mana-mana.
Mimpi
Jung melihat bahwa isi mimpi-mimpi bersifat prospektif dan retrospektif dan merupakan kompensasi aspek-aspek orang yang bermimpi yang diabaikan dalam kehidupan sadarnya. Ia juga membedakan antara mimpi besar, yang banyak terdapat bayangan-bayangan arkhetipe dan mimpi kecil, yang hubungan mimpi-mimpinya lebih erat dengan pikiran sadar orang yang bermimpi.
Metode imajinasi aktif
Pada metode ini, subjek disuruh memusatkan perhatiannya pada gambaran mimpi yang mengesankan tetapi tidak dapat dimengerti, atau pada gambar visual yang spontan serta mengamati apa yang terjadi dengan gambar itu. Jung menunjukkan bahwa dengan melukis, menggambar, dan mematung bisa digunakan untuk melukiskan aliran-aliran imaji. Fantasi yang dihasilkan oleh imajinasi aktif memiliki bentuk yang lebih baik daripada mimpi-mimpi pada malam hari. Penyebabnya, karena fanasi tersebut diterima oleh kesadaran dalam keadaan juga bukan dalam keadaan tidur.


STATUS SEKARANG DAN EVALUASI
Psikologi Jung memiliki sejumlah pengagum dan pendukung setia di seluruh dunia. Banyak dari mereka yang menggunakan metode psikoterapi Jung di antara para ahli. Beberapa diantaranya menguraikan lebih lanjut ide-ide Jung. Pengaruh Jung di luar bidang-bidang psikiatri dan psikologi cukup besar. Jung juga diserang oleh para psikoanalis beraliran Freudian, mulai dengan Freud sendiri. Psikologi analitis tidak banyak menerima telaah kritis seperti yang diberikan pada psikoanalisis Freud oleh para psikolog. Psikologi mengabaikan psikologi analitik Jung karena satu alasan pokok, yaitu karena psikologi Jung berpangkal pada penemuan-penemuan klinis dan sumber-sumber historis serta mitis, bukan pada penelitian-penelitian eksperimental. Meskipun Jung tidak banyak mempengaruhi psikologi secara langsung, namun beberapa perkembangan dalam psikologi akhir-akhir ini mendapat pengaruh dari Jung lebih besar daripada yang dipikirkan.












REFRENSI
Hall, C.S., dan Lindzey, G., Teori-Teori Psikodimika (Klinis), Yogyakarta: PT Kanisius, 1993.
Feist and Feist, dan Roberts, Teori Kepribadian, Edisi 8, Jakarta: Salemba Humanika, 2017.

Komentar