PENGERTIAN SIKAP
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak. Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary (dalam Ramdhani 2008), sikap merupakan cara untuk menempatkan/membawa diri, merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.
Pengertian sikap menurut beberapa tokoh :
1. G.W. Allport mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sedangkan menurut Krench dan Crutchfield mendefinisikan sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perceptual, dan kognitif.
2. Carl Jung mendefinisikan sikap sebagai kesiapan kesiapan dari psike untuk bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu. Sikap sering muncul dalam bentuk pasangan, satu disadari sedang yang lainnya tidak disadari.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan mental yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh terhadap respons individu, organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif. Selain itu, sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif ataupun negatif terhadap obyek atau situasi. Hal ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidaknya seseorang pada sesuatu.
CIRI-CIRI SIKAP
Sikap memiliki segi-segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia. Dengan demikian, ada beberapa ciri sikap untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lainnya. Ciri-cirinya antara lain :
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Pada waktu dilahirkan, manusia belum membawa sikap-sikap tertentu terhadap suatu objek. Sikap terbentuk dalam perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Oleh sebab itu, maka sikap dapat dipelajari dan juga dapat berubah. Meskipun demikian, sikap memiliki kecenderungan yang stabi, sekalipun itu dapat mengalami perubahan. Sikap dibentuk atau dipelajari melalui hubungan individu dengan objek lainnya. Maka faktor pengalaman sikap itu penting.
Sikap merupakan daya dorong berbeda dengan motif biologis yang juga sebagai daya dorong individu, karena motif biologis ada sejak individu dilahirkan.
2. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap
Oleh karena itu, sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek tertentu yakni melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan antar individu dengan objek tertentu akan menimbulkan sikap tertentu dari individu terhadap objek tersebut.
3. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek
Jika seseorang memiliki sikap yang negatif pada orang lain, maka orang tersebut akan memiliki kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula kepada suatu kelompok dimana seseorang tersebut tergabung didalamnya. Disini terlihat bahwa adanya kecenderungan untuk menggeneralisasi objek sikap.
4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika suatu sikap telah terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, maka secara relative sikap itu akan bertahan lama pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit untuk berubah, dan meskipun berubah akan membutuhkan waktu yang lama.Namun sebaliknya, jika sikap itu belum mendalam pada diri seseorang, maka secara relative sikap tersebut tidak akan bertahan lama dan mudah berubah.
5. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi
Sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti perasaan tertentu yang dapat bersifat positif, juga negatif terhadap objek tersebut. Disamping itu, sikap juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap itu memiliki daya dorong bagi individu untuk berperilaku tertentu terhadap objek yang dihadapinya.
KOMPONEN-KOMPONEN SIKAP
Pada sikap, terdapat tiga komponen yang secara bersama merupakan peneliti bagi jumlah keseluruhan sikap seseorang. Komponen-komponen sikap sebagai berikut :
1. Komponen respon evaluatif kognitif : yaitu gambaran tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa, atau situasi sebagai sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran, keyakinan, atau ide seseorang mengenai suatu objek. Dalam bentuk sederhana, komponen kognitif adalah kategorisasi yang digunakan untuk berpikir.
2. Komponen respons evaluative afektif dari sikap adalah perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, atau yang lainnya.
3. Komponen respons konatif atau evaluative perilaku dari sikap yakni tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan pada perilaku secara terbuka.
SUMBER-SUMBER SIKAP
Pembentukan sikap bukanlah warisan genetik, tetapi merupakan sesuatu yang dibentuk dari sejak kelahiran seseorang didunia yang berhadapan dengan berbagai pengalaman. Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi pembentukan suatu sikap, antara lain :
1. Faktor Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses pembelajaran sosial yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan alam pengalaman hidup bagi seorang individu. Hal yang paling berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang adalah keluarga, sekolah, teman, rekan kerja, dan lain-lain.
2. Faktor Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup memainkan peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi sikap individu. Hal ini dikarenakan segala pengalaman yang telah dilalui akan tersimpan didalam memori atau ingatan mereka dan akan dimunculkan pada saat-saat tertentu. Pengalaman hidup ini biasanya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Melalui pengalaman ini, terkadang juga akan menyebabkan seseorang memiliki keyakinan lebih terhadap suatu perkara.
3. Hasil Pengamatan yang Berkepanjangan
Terdapat beberapa kajian yang menunjukkan bahwa penelitian dapat merubah asumsi seseorang terhadap suatu masalah. Contohnya, setiap hari selama sejam seseorang diharuskan untuk duduk didalam sebuah ruangan yang penuh dengan lukisan abstrak. Apakah orang tersebut akan menyukai lukisan itu dikemudian hari ? Kajian tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan pengamatan berkepanjangan atau berulang kali terhadap suatu masalah baru sudah mencukupi untuk menjadikan masalah tersebut lebih disukai.
Sumber-sumber yang mempengaruhi pembentukan sikap hampir sama dengan faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan diri seseorang. Hal ini dikarenakan terdapat kaitan dan hubungan antara diri dan sikap dalam pembentukan tingkah laku seseorang.
FUNGSI SIKAP
D. Katz mengungkapkan bahwa terdapat empat fungsi sikap. Yaitu :
1. Penyesuaian Diri, berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk mencapai tujuannya secara maksimal. Contohnya, seseorang cenderung menyukai partai politik yang mampu memenuhi dan mewakili aspirasi-aspirasinya. Di suatu negara tertentu, seorang pengangguran akan cenderung memilih partai buruh yang kemungkinan besar dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau memberikan tunjangan pengangguran lebih besar.
2. Pertahanan Diri, mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Seperti proyeksi perilaku. Proyeksi adalah atribusi ciri-ciri yang tidak diakui oleh ciri seseorang dalam dirinya kepada orang lain. Melalui proyeksi, seseorang seakan-akan tidak memiliki ciri-ciri itu. Seorang anak yang memiliki kecenderungan agresif akan menuduh anak lain yang sedang berkelahi sebagai anak yang kasar.
3. Ekspresi Nilai, sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya dan aktualisasi diri.
4. Pengetahuan, sikap membantu seseorang menetapkan standar evaluasi terhadap suatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka acu pribadi seseorang dalam menghadapi objek atau peristiwa disekitarnya. Contohnya, seiring dengan peningkatan status sosial, seseorang yang awalnya memiliki sepeda motor akan memutuskan untuk membeli sebuah mobil. Karena ia yakin bahwa dengan membeli mobil akan sesuai dengan status sosialnya yang baru.
TERBENTUKNYA SIKAP
Sikap tidak dibawa sejak lahir , namun sikap dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologus, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan atau pendorong yang ada dalam masyarakat. Hal ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang.
Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Objek sikap akan dipersepsi oleh individu, dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam mempersepsi objek sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, cakrawala, keyakinan, proses belajar, dan hasil proses ini merupakan suatu pendapat atau keyakinan individu mengenai objek sikap dan berkaitan dengan segi kognisi.
PERUBAHAN SIKAP SPONTAN
Memikirkan objek sikap secara mendalam cenderung akan membuat sikap menjadi lebih ekstrim. Menurut Tesser, mereview dan mengkaji keyakinan seseorang dan tekanan konsistensi menyebabkan keyakinan seseorang cenderung menjadi konsisten.
Hipotesis Tesser menyatakan bahwa memikirkan suatu isu akan melahirkan sikap yang lebih terpolarisasi karena pemikiran akan menyebabkan seseorang menghasilkan lebih banyak sikap yang konsisten. Semua aktivitas kognitif ini mengharuskan individu memiliki struktur, atau skema, tentang seseorang atau isu. Tanpa ada pemahaman skematik atas suatu isu, maka sulit bagi seseorang untuk menghasilkan keyakinan baru atau untuk mengetahui cara menginterpretasikan ulang keyakinan lama.
Implikasinya adalah bahwa pemikiran akan mempolarisasikan sikap hanya ketika seseorang memiliki skema tentang suatu isu. Untuk menguji implikasi ini, Chaiken dan Yates pada tahun 1985 meneliti dua kelompok orang : sebagian sudah memiliki struktur pengetahuan yang konsisten tentang suatu isu dan sebagian tidak memiliki pengetahuan itu. Untuk memporalisasikan sikap, maka pemikiran seseorang harus relevan dengan isu, seseorang harus memiliki sumber daya kognitif yang cukup, dan harus tidak ada isu alternatif yang bersaing menarik perhatiannya.
Referensi
Hasani, Afifah. Psikologi Sosial. 2012. Fakultas Psikologi : Universitas Mercu Buana. Diakses pada tanggal 4 April 2020.
Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Prof. Dr. Walgio, Bimo.2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) edisi revisi. C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Dr. Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Komentar
Posting Komentar